MATARAKYAT.info, MEDAN | Ratusan masyarakat Selambo datang ke Poldasu, meminta Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Whisnu Hermawan F. S.H., S.I.K., transparan dalam mengusut siapa aktor intelektual dibalik penyerangan masyarakat Selambo yang merenggut nyawa 2 orang warga, Rabu (30/10/2024).
Dengan menaiki Puluhan sepeda motor dan mobil masyarakat berangkat dari tempat tinggal mereka, untuk mempertanyakan terkait diduga lambatnya penanganan kasus Selambo.
Masyarakat juga membawa mobil ambulans, keranda dan peti mati sebagai simbol jatuhnya korban jiwa saat kerusuhan di Selambo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sesampainya di Poldasu, ratusan masyarakat Selambo melakukan penutupan jalan, sebagai bentuk kekecewaan mereka dan berharap masayarakat Sumatera Utara serta warga Negara Indonesia mengerti bahwa diduga pihak kepolisian lambat menangani kasus Desa Selambo, tetapi kalau menangkap pencuri ayam cepat dan singkat mereka menangkap para pelaku, tapi kalau kasus Desa Selambo lambat dan diduga perlambatkan mereka.
Pihak petugas kepolisian, mencoba bernegosiasi kepada masyarakat untuk membuka akses jalan yang ditutup, akhirnya massa bergeser aksi di depan pintu gerbang I SPKT Mapolda Sumut.
Namun kekecewaan masyarakat kembali terjadi, karena pihak petugas Kepolisian tidak konsisten dengan negosiasi yang membuat masyarakat kembali menutup akses jalan.
Pimpinan aksi, L Sihombing menyebutkan, kedatangan mereka berkaitan dengan penyerangan yang dilakukan puluhan orang pada 22 Oktober 2024 lalu. Penyerangan itu mengakibatkan dua warga tewas dan delapan lainnya terluka.
Menurut Sihombing, aktor intelektual penyerangan itu masih bebas berkeliaran karena belum ditangkap.
Padahal, 11 orang termasuk ketua geng motor sudah ditangkap pihak Polrestabes Medan.
Mereka menduga, penyerangan itu atas suruhan pengembang properti supaya mereka hengkang dari lahan eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN II tersebut.
“Kami menuntut siapa sebenarnya aktor dan dalangnya, agar aktor intelektual di balik penyerangan ini secepatnya ditangkap,” ujar L Sihombing.
L. Sihombing menyebut, penyerangan di Selambo sudah lima kali terjadi dan yang paling parah sebulan belakangan hingga mengakibatkan dua orang tewas.
Mereka mengancam, apabila Polda Sumut tidak menangkap aktor intelektual dibalik penyerangan di Selambo, masyarakat akan kembali memblokir jalan hingga nginap di depan Polda Sumut.
Sebab, buntut penyerangan itu membuat mereka merasa trauma dan ketakutan saat beraktivitas.
“Apabila pihak kepolisian tidak mampu menangkap, masyarakat Desa Selambo akan melakukan aksi pemblokiran jalan dan menginap di halaman Polda Sumut, karena masyarakat Selambo sampai pada hari ini trauma kepanjangan, dan mereka takut setiap keluar,” pungkas L. Sihombing
Terlihat isteri dari salah satu korban yang tewas pada malam kejadian itu, menyampaikan ” untuk Bapak Kapoldasu agar melihat penderitaan kami yang diperbuat oleh mereka kepada kami dan suami saya, jangan berdiam diri Bapak Kapoldasu,” ujar isteri korban.
Masyarakat mengatakan lebih baik kami mati ditembak oleh Kepolisian dari pada ditembak mereka para genk motor serta suruhan pengembangan. (@_mr)
Penulis : Muhammad Zulfahri Tanjung
Editor : Adhitya Eka