MATARAKYAT.info, MAROS | Runtuhnya Proyek Rekontruksi Bangunan Pengaman Sungai Ujung Bulo Desa Allaere Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros yang bersumber dari APBD Kabupaten Maros tahun 2023 melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maros dengan anggaran sebesar Rp. 6.172.925.000.00,- waktu pelaksanaan pertengahan tahun 2023 menuai sorotan dari aktivis Lembaga Monitoring Kinerja Aparatur Negara (LEMKIRA INDONESIA).
Aktivis LEMKIRA INDONESIA Ismail Tantu angkat bicara menanggapi runtuhnya Proyek Rekontruksi Bangunan Pengaman Sungai Ujung Bulo Desa Allaere Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros yang mengalami longsor atau runtuh setidaknya sepanjang 50 meter. Itu belum lagi keretakan yang terjadi sepanjang dinding pengaman sungai atau talud tersebut.
” Sebenarnya dari hasil pengamatan kami dilapangan tahun lalu sebelum kejadian ini memang dibeberapa titik pada dinding bangunan pengaman sungai tersebut banyak retakan retakan yang parah disepanjang dinding bangunan pengaman Sungai Ujung Bulo yang diperkirakan panjangnya sekitar kurang lebih 200 meter “. Ungkap Ismail Tantu saat ditemui awak media disalah satu warung kopi dibilangan Kota Maros. (19/1/2024)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu Ismail Tantu juga menjelaskan, kondisi tanah dibelakang dinding pengaman juga sangat mengkhawatirkan karena juga terjadi retak memanjang dan sangat mungkin terjadi longsor susulan dan kalau itu terjadi maka kerusakannya bisa sangat besar. Pergeseran dinding bangunan bisa disebabkan adanya masalah pada pondasi atau karena timbunan tanah dibelakang dinding bangunan yang kurang padat.
” Taksiran kami, tingkat kerusakan pada bangunan pengaman sungai Ujung Bulo ini diatas 50% dan sangat berpotensi menimbulkan kerugian keuangan negara yang sangat besar “. Beber Aktivis Lemkira tersebut.
Ismail Tantu mengungkapkan, dari kejadian ini ada beberapa hal yang menjadi konsen kami pertama dugaan bahwa pihak pelaksana proyek atau pihak kontraktor tidak mengikuti spesifikasi teknis sebagaimana diatur dalam kontrak.
Kontruksi kelihatannya tidak kuat, ditandai dengan banyaknya retakan dan patahan, ada dugaan bahwa jenis batuan yang digunakan pada pasangan dinding adalah batuan yang mengandung kapur ini berdasarkan informasi dari masyarakat. Kedua seperti apa sebenarnya desain dari konsultan perencana apakah sudah sesuai kondisi dilapangan, sebagai konsultan perencana tentu dalam membuat rancang bangun sudah menghitung segala aspek dan potensi kerusakan yang akan timbul termasuk ketika terjadi bencana alam, jangan sampai alam yang disalahkan sementara konstruksinya yang tidak sesuai atau pekerjaan kontraktor yang tidak sesuai.
Begitu pula dengan konsultan pengawas. Konsultan pengawas ini kami pertanyakan kinerjanya dalam mengawasi kalau konsultan pengawas tegas dan aktif monitoring serta evaluasi, maka tentu kejadian seperti ini bisa dihindari.
” Kalau konsultan kerja dengan benar, tegas akan didapati kualitas pekerjaan yang baik tapi kalo sekali sekali ji datang pasti hasilnya biasanya tidak sesuai harapan ungkap Ismail. Disamping itu pengawas dari pihak Badan Penanggulangan Bencana sendiri bagaimana ? Dan yang terakhir adalah pendamping dari pihak Kejaksaan sebenarnya kerjanya apa sih ? Apakah kehadiran Kejaksaan bisa mengurangi kesalahan dilapangan atau bisa meningkatkan kualitas pekerjaan para kontraktor? Nyatanya banyak persoalan pada proyek yang dikerjakan oleh beberapa dinas yang sering disoroti oleh lembaga lembaga sosial masyarakat yang ada di Maros ini.” Tanya Ismail Tantu.
Ismail Tantu menambahkan, pihaknya mendesak Polda Sulsel untuk segera melakukan penyelidikan terkait runtuhnya bangunan pengaman sungai Ujung Bulo ini. ” Ini tidak bisa dibiarkan walaupun masih tahap pemeliharaan oleh pihak kontraktor.” Tegas Ismail Tantu. (anca/mr)
Penulis : Samsir Anca
Editor : Adhitya Eka