Bumi Lamaranginang sebutan lain dari Luwu Utara. proses Jawanisasi di tanah ini dimulai dari jaman Soeharto, penyebaran orang orang Jawa ada di beberapa kecamatan, seperti sukamaju, Sukamaju selatan, tana lili, Bone Bone dan juga ada suku bali di beberapa kecamatan tersebut. arah pikiran Soeharto mengirim orang orang Jawa ke tanah Luwu Utara bisa di katakan sebagai transmigrasi penduduk yang dimana pulau Jawa yang meluap penduduknya. Dibalik pemikiran seperti itu, timbul sebuah pertanyaan, apakah arah pikiran Soeharto memang hanya mengirim orang Jawa ini tanpa ada kepentingan lainnya yang lebih jauh, itu menjadi pertanyaan yang harus di jawab bersama. Dibalik keindahan tanah Luwu Utara ini, selain menghasilkan rumput laut, ada juga harta karung yang menjadi misteri besar sampai pada hari ini, di luar sumber daya alam yang melimpah, seperti tambang logam, uranium, gas dan lainnya.
Penyebaran agama Islam di tanah ini, juga di tandai masuknya Datuk Pattimang yang berasal dari pulau sumatra. Beliau menyebarkan Islam di tanah ini dengan penuh semangat dan di barengi dengan pengetahuan maupun hal mistis yang di luar nalar. kenapa tanah Luwu menjadi pilihan untuk menyebarkan Islam, dan Datuk Pattimang tidak sendiri, beliau bernama dengan dua orang lainnya, Datuk RI bandang yang ada di Gowa dan Dari Tiro yang ada di Bulukumba. ketiga orang ini bersama sama menyebarkan Islam di masing masing tempat yang sudah di sepakati bersama. hal ini juga tidak terlepas dari tanah Luwu Utara itu sendiri, kenapa bisa menjadi tanah yang dipilih untuk menyebarkan Islam. apakah karena salah satu kerajaan terbesar yang ada di tanah Sulawesi ini.
selain daripada itu, Sumber daya Alam menjadi hal yang sangat menarik, bahkan para peneliti dari berbagai negara, luar negeri datang ke sini untuk meneliti mulai dari soal sejarah dan terutama sumber daya alamnya itu sendiri. hal ini menarik dan memunculkan pertanyaan menarik lainnya, seperti kekayaan apa yang lebih berharga dari sumber daya alam maupun sejarah yang ada di tanah Luwu Utara ini. apakah hal mistis juga menarik untuk bangsa asing, sehingga mereka rela melontarkan dana besar untuk sebuah penelitian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setiap daerah mempunyai hal mistis bahkan di seluruh penjuru tanah nusantara ini. Tak terkecuali di tanah Luwu Utara ini. Hutan, sungai, bahkan makam Datuk penyebar Islam menjadi hal yang sangat menarik untuk di ketahui bersama. Aura mistis itu adalah hal penting dalam memperluas wawasan kita bersama sebagai orang Sulawesi dan terkhusus orang Luwu itu sendiri. kepentingan dalam sebuah penelitian tidak terlepas dari keuntungan yang akan di capai. pertarungan di tingkat eksekutif (Bupati), menjadi ajang bergengsi, hal mistis juga menjadi alternatif untuk mengamankan suara di alam lain. pertarungan lewat orang pintar (Dukun). intelektualitas tidak lengkap tanpa di barengi dengan hal mistis atau hal diluar nalar.
Politik, mengolah sejarah, sumber daya alam, hingga ke hal yang berbau mistis. pertarungan perebutan kekuasaan di tempat berbagai suku, budaya, bahasa, agama saling hidup berdampingan, memang agak kompleks yang di hadapinya. seni mengolah keterbukaan, kesamaan, pemerataan, dan adil dalam bersikap adalah hal yang di tunggu oleh masyarakat luas. Politik Luwu Utara sudah sangat jelas terpetakan, lewat keberagaman yang ada. mengolah konflik yang akan dan sudah terlanjur terjadi, menjadikan Luwu Utara memiliki berbagai alternatif untuk menyelesaikannya.
Luwu Utara menjadi perebutan kekuasaan para investor untuk berkuasa. ada yang hanya menitip nama untuk sekedar di kenang bahwa pernah menjadi pemimpin di tanah ini, ada juga yang berjuang mati Matian untuk kemajuan tanah ini, tetapi tidak diberi kesempatan oleh masyarakat yang berpikiran jangka pendek. ego sentris yang terbangun juga sebab lain yang menjadi pekerjaan rumah para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan bahkan lembaga adat yang ada di Luwu Utara ini.
Keberagaman adalah keistimewaan yang menjadi warna tersendiri dalam berkehidupan harmonis, tetapi kelaparan akan menjadikan keberagaman itu seragam dalam perut kosong.
Penulis : Dodi Pratama Putra
Editor : Ikbal