MATARAKYAT.info, MAKASSAR | Ketua Umum LSM Koalisi Masyarakat Pemantau Korupsi Indonesia (KOMPAK Indonesia) menyoroti pembangunan sumur resapan di Kelurahan Pai, Kecamatan Biringkanaya yang dibangun diatas sebuah lapangan yang notabene letaknya lebih tinggi dari jalan.
Adhitya Eka Ketua Umum Kompak Indonesia merasa heran, bagaimana caranya air hujan bisa masuk ke dalam sumur resapan? Lantas air apa yang akan meresap ke dalam sumur resapan kalau sumur resapannya lebih tinggi dari jalan.
Menurut Adhitya pembangunan sumur resapan yang dikerjakan oleh CV. Kusnul Mitra Karya dengan Nomor Kontrak : 185.2//PERJ.185/PEMB-PSDA/IX/2023 tanggal 27 September 2023 dengan nilai kontrak Rp. 396.000.000, dengan waktu pelaksanaan 41 hari kalender juga terkesan dikerja asal-asalan, dimana setiap sumurnya sampai saat ini belum ada bak kontrolnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
” Jadi selain berada diketinggian, proyek ini juga terkesan dikerjakan asal-asalan dan sumur resapan yang telah ditutup masih banyak terdapat kekurangan, seperti belum adanya bak kontrol ” jelas Adhitya.
Lebih lanjut Adhitya menyampaikan bahwa tujuan pembangunan sumur resapan adalah sebagai tempat penampungan air yang bisa digunakan saat musim kemarau, dan mengurangi dampak banjir.
” Tapi kalau sumur resapannya lebih tinggi dari jalan bukan menyerap air, sumur resapannya hanya untuk menyerap dan buang-buang anggaran APBD Kota Makassar 2023 ” Tegas Adhitya.
Adhitya mengungkapkan, selama ini banjir seringkali menggenangi jalan jalan di Kelurahan Pai, tapi tidak tahu apa alasan Pemkot Makassar membangun sumur resapan ditempat yang lebih tinggi dari jalan.
Ketua Umum Kompak Indonesia secara tegas mengatakan pembangunan sumur resapan di Kelurahan Pai itu kurang pas, karena posisi sumur resapannya lebih tinggi dari permukaan jalan yang kerap tergenang air dan kontraktor pelaksana juga terkesan mengerjakan proyek tersebut asal-asalan, dimana papan bicara proyek yang digantung dipagar seng warga, cara pemasangannya yang tidak rapi dan tidak ada tiang serta ditempatkan pada lokasi yang sulit dilihat orang, bahkan juga angin kencang papan bicaranya terlipat sehingga informasi dipapan tersebut tidak terbaca.
” Papan bicaranya saja hanya digantung dipagar seng warga, mudah tertiup angin sehingga terkadang terlipat dan menurut penjelasan pekerja proyek ini ada 2 titik tapi dititik yang satunya tidak ada sama sekali papan bicara sehingga warga tidak tahu itu pekerjaan apa, pekerjaan ini juga tidak kami temukan didaftar LPSE Kota Makassar, intinya proyek ini perlu dikaji ulang ” jelas Ketua Umum Kompak Indonesia. (cakra/mr)
Penulis : M. Kasneng R (Cakra)
Editor : Adhitya Eka