MATARAKYAT. info, BANTAENG | PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (Sulselrabar) terpaksa menjalankan manajemen beban atau lebih dikenal pemadaman listrik bergilir.
Hal itu dilakukan lantaran kurangnya pasokan listrik dari sejumlah EBT atau energi baru terbarukan yang ada.
Menurut Manajer PLN Bantaeng, Bustamin, fenomena alam el nino berimbas pada turunnya pasokan pembangkit-pembangkit listrik, seperti PLTA dan PLTB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dengan adanya EL Nino, PLTA yang tadinya mampu 850 MW (Mega Watt) kini hanya bisa (kurang lebih) 150 MW. dan di PLTB normalnya bisa suplai 140 MW itu turun hanya bisa 50 MW,” kata Bustamin di kantor PLN UP3 Bantaeng, Senin (27/11/2023).
Ia juga mencontohkan, di Kabupaten Bantaeng misalnya, terdapat satu PLTA yang berada di Banyorang, dulunya debit air mampu memutar turbin sehingga menghasilkan suplai listrik, namun kini debit air yang kecil tak mampu lagi mentransmisikan kelistrikan.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat, khususnya di Kabupaten Bantaeng atas pemadaman bergilir ini.
Dijelaskan bahwa pemadaman tersebut untuk menjaga agar sistem tidak mengalami overload yang mengakibatkan kerusakan fatal.
Namun karena dampak cuaca ekstrim el Nino, pasokan listrik PLN hanya berkisar 1600 MW. Hal itu tentu mengakibatkan PLN mengalami defisit daya.
“Ibaratnya kita angkat meja, kita yang angkat meja ini ibaratnya pembangkit, kemudian ada orang yang nambah terus beban di atas permukaan meja, beban ini analoginya orang yang pakai terus listrik, supaya nda terlalu berat meja ini, makanya beban itu harus diturunkan dulu, karena kalau naik semua, nyala semua listriknya, akhirnya overload, yah jatuh ini sistem. Nah untuk menjaga supaya tidak blackout, makanya kita melakukan manajemen beban,” jelas Bustamin. (Ikbal/Mr)