الله أكبر 9 كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. سبحان ذي الطول والانعام, سبحان ذي الجود والافضال, سبحان من عنت الوجوه وسجدت الجباه, سبحان من ليس لملكه ابتداء ولا انصرام. تبارك اسم ربك ذى الجلال والاكرام. الحمد لله الذى هدانا لذكره وتوحيده ووفقنا لشكره وتمجيده وشرح صدورنا لمعرفته ويسرنا لطاعته وأنشأنا على فطرته. أشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له وأشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله وصفيه وخليله. اللهم فصل وسلم وبارك عليه وعلى اله واصحابه اجمعين.
ايها المسلمون اوصيكم بتقوى الله لعلكم ترحمون. يقول الله تبارك وتعالى : قد افلح من تزكى وذكر اسم ربه فصلى.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah
MATARAKYAT.info, MAKASSAR | Alhamdulillah kita bersyukur ke hadirat Allah SWT atas banyak nikmat yang kita rasakan di pagi 1 Syawal ini, di antara nikmat itu adalah nikmat kesehatan dan kesempatan, di saat-saat sebagian saudara-saudara kita ada yang terbaring di rumah sakit, tidak sempat menunaikan salat ied. Ada pula yang berduka karena berbagai musibah dan lain-lain. Semoga Allah memberikan jalan keluar untuk mereka, amin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketika kita masuki hari pertama Ramadhan, di kaki langit sebelah barat muncul bulan sabit kecil atau hilal pertanda masuk bulan suci Ramadhan. Seiring dengan perjalanan waktu yang terus berjalan, bulan itu sangat kecil lalu perlahan tapi pasti menjadi purnama, selanjutnya terus mengecil dan akhirnya menghilang di permukaan bumi.
Pemandangan ini menarik perhatian orang Arab, lalu mereka menanyakannya kepada Rasulullah saw, apa itu hilal?: (Al-Baqarah: 189)
يَسـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَهِلَّةِ ۗ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ
Ternyata Allah menjawab pertanyaan itu dengan menyebutkan fungsi hilal yaitu dapat menjadi pelajaran yang amat berharga bagi perjalanan kehidupan umat manusia.
Bulan Ramadhan mengingatkan kita bahwa perjalanan bulan persis sama dengan perjalanan anak manusia dimulai dari kelahirannya, setelah melewati masa kanak-kanak lalu beranjak ke masa dewasa. Masa dewasa ibarat bulan purnama yang memancarkan sinarnya secara sempurna, demikianlah orang yang berumur dewasa mencapai puncak kekuatannya. Namun dengan terus berjalannya waktu yang tak kenal henti lalu tak terasa beralih ke masa syaibah (umur tua). Di umur tua, manusia akan merasakan penurunan sedikit demi sedikit, baik fisik maupun psikis, kekuatan fisik mulai melemah, penyakit satu demi satu berdatangan, kenikmatan hidup satu demi satu dicabut. Nyatalah firman Allah SWT Surah Yasin : 68
وَمَنۡ نُّعَمِّرۡهُ نُـنَكِّسۡهُ فِى الۡخَـلۡقِؕ اَفَلَا يَعۡقِلُوۡنَ
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadiannya (menjadi lemah), apakah mereka tidak memikirkan itu semua berjalan secara alami, tak ada seorang pun yang mampu menolak taqdir Allah SWT, dan jika tiba saatnya manusia akan kembali kepadaNya “inna lillah wa inna ilayhi raji’un” persis sama dengan lenyap dan perginyanya bulan Ramadhan 1444 H. Gambaran yang nyata ini kembali diangkat dalam QS. ar-Rum : 54
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ
Allah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Semoga dengan bertambahnya umur kita semakin baik pengamalan spritual kita yang bisa berdampak positif dalam kehidupan sosial kita, bukan malah seperti yang menyebabkan Rasulullah menangis, ketika Umar ra. masuk kepada Rasulullah saw, tiba-tiba ia mendapati Rasulullah menangis, maka ditanya: “Apakah yang menyebabkan baginda menangis?” Nabi menjawab “Saya telah didatangi oleh malaikat Jibril as. dan berkata kepadaku: “Sesungguhnya Allah malu akan menyiksa seorang yang telah beruban di dalam Islam, maka bagaimana orang yang beruban tidak malu berbuat maksiat kepada Allah SWT”.
Maka seharusnya semakin tua semakin rajin beribadah, malu jika berdosa, sebab tanaman itu jika sudah dekat musim mengetam. Dan yang berumur muda, mumpung masih muda maka semakin kuat beribadah, tidak menunda hingga tua, sebab tidak ada jaminan bahwa kita mendapati masa tua, dan tidak jaminan jika yang tua lebih dahulu meninggal daripada yang muda. Pemuda yang rajin beribadah, akan mendapat naungan Allah SWT pada hari kiamat dibawah arsy.
Kita yang hadir pada hari ini, mulai dari anak-anak sampai orang tua yang telah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan dan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadhan, insya Allah semoga kita rasakan fitrah (kesucian bathin) seperti saat baru dilahirkan dari perut ibu. Karena itu, seiring terbenamnya mentari kemarin seraya menyambut kedatangan fitrah itu, terdengar bertalu-talu alunan takbir yang bergema di seluruh pelosok daerah persis sama kita dengar suara takbir ketika baru lahir. Itulah sebabnya Ramadhan secara urutan bulan qamariyah berada di bulan kesembilan setelah bulan Sya’ban, sama lamanya sembilan bulan kita dalam rahim ibu.
Allahu Akbar 3X walillahilhamd
Kaum Muslimin dan muslimat rahimakumullah
Sebelum Ramadhan jauh meninggalkan kita, mari kita kenang kembali hari-hari yang indah dalam bulan itu sebagai madrasah yang telah membina kepribadian kita baik secara vertikal hubungan kita dengan Allah SWT maupun secara horizontal hubungan kita sesama manusia dan alam semesta.
Tiga kurikulum yang amat berharga dalam bulan ramadhan; pertama rahmah, magfirah dan ‘itqun minannar.
Puasa dan amaliyah Ramadhan yang kita lakukan diharapkan dapat mengantar kita memperoleh Rahmat Allah SWT. Sebab, semua makhluk sangat butuh kepada rahmat Allah, tanpa rahmatnya kita tidak dapat hidup.
Abu Hurairah ra berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Allah telah menjadikan rahmat dalam 100 bagian, 99 disimpan di akhirat dan 1 diturunkan di bumi, dengan 1 bagian itu masing-masing makhluk berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana khawatir menginjak anaknya.” 1 rahmat dunia saja kita sudah tidak bisa menghitung, bagaimana 99 rahmat akhirat?
Allah Ta’ala Maha Pemberi rahmat (kasih sayang). Bahkan sayangNya terhadap hamba-hambaNya lebih dari sayangnya seorang ibu kepada anaknya. Dengan kasih sayangNya, Dia menciptakan makhluk dan memberinya rizki. Dengan rahmatNya, Dia menunjukkan kita kepada Islam.
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ ۚ
RahmatKu melebihi atas segala-galanya (al-A’raf 156)
Dengan rahmatNya, Dia memasukkan hamba-hambaNya yang beriman dan yang beramal shalih ke dalam surga. Dengan rahmatNya, Dia menyelamatkan mereka dari neraka.
Jabir ra berkata: “Nabi Muhammad saw keluar kepada kami dan bersabda:
“Malaikat Jibril tadi datang kepadaku dan berkata: “Ya Muhammad, demi Allah yang mengutus-mu sebagai nabi yang besar, sesungguhnya ada seorang hamba Allah yang beribadah selama lima ratus tahun di atas sebuah bukit yang lebar, panjangnya tiga puluh hasta kali tiga puluh hasta dan dikelilingi oleh laut seluas empat ribu farsakh dari tiap penjuru, disitu Allah SWT mengeluarkan sumber air yang segar selebar satu jari dari bawah bukit, juga pohon delima pada tiap hari berbuah sebuah delima, maka bila siang hari turunlah orang itu untuk wudhu dan memetik delima, lalu dimakannya, kemudian berdiri sembahyang dan ia minta kepada Tuhan supaya dimatikan dalam sujud, dan supaya badannya tidak disentuh bumi atau lain-lainnya hingga bangkit dihari kiamat sambil sujud, maka Allah SWT telah menerima permintaannya, kerana itu tiap kami naik turun dari langit selalu melaluinya ia sedang sujud. Jibril berkata: “Kami dapat dalam ilmu, bahwa ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan dihadapkan kepada Allah SWT, lalu Allah SWT menyuruh: “Masukkanlah hambaKu itu kedalam syurga dangan rahmatKu.” Maka orang itu berkata: “Dengan amalku.” Maka Allah SWT menyuruh Malaikat supaya menghitung semua amalnya dan nikmatKu yaitu nikmat penglihatan, ternyata nikmat penglihatan itu telah mengelilingi ibadahnya selama lima ratus tahun, sedang nikmat-nikmat Allah SWT yang lain-lainnya belum. Maka Allah SWT berfirman: “Masukkan ia kedalam neraka.” dan ketika ditarik menuju ke neraka, ia berkata: “Masukkanlah aku ke dalam syurga dengan rahmatMu.” Maka Allah SWT berfirman kepada Malaikat: “Kembalikanlah ia.” Lalu ditanya oleh Allah SWT: “Hambaku, siapa yang menjadikan kau dari tidak ada?” Jawabnya: “Engkau Tuhan.” Lalu ditanya: “Apakah itu kerana amalmu atau rahmatKu?” Jawabnya: “Dengan RahmatMu.” Lalu ditanya: “Siapakah yang memberi kekuatan kepadamu untuk beribadah lima ratus tahun?” ia jawab: “Engkau Tuhanku.” Lalu ditanya lagi: “Dan siapakah yang menempatkan kau di atas bukit dan di tengah laut dan mengeluarkan air segar yang tawar dari tengah-tengah laut dan menumbuhkan buah delima tiap pagi, padahal buah itu hanya berbuah satu tahun satu kali, lalu kau minta kepadaKu untuk mati sujud, siapakah yang berbuat itu semua?” Jawabnya: “Engkau Tuhanku.” Firman Allah SWT : “Maka semua itu dengan rahmatKu.” Malaikat Jibril berkata: “Segala sesuatu terjadi dengan rahmat Allah SWT.”
Rahmat, jika disandarkan kepada Allah berarti sifat kesempurnaan dan kemurahan Allah yang tak ternilai. Jika dikaitkan dengan manusia, rahmat berarti kelembutan dan kemurahan hati, kepedulian dan empati. Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang memiliki kasih sayang, akan disayang oleh Allah Yang Maha Penyayang, karena itu berikan kasih sayang kepada siapa pun di muka bumi, maka yang di langit, akan menyayangimu.” (Hr. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi).
Orang yang sukses meraih rahmat Allah dalam Ramadhan adalah orang yang lembut hatinya, santun perilakunya, peduli kepada sesama, suka membantu, senang memberi. Karena itu, tidak ada orang yang ahli ibadah yang kasar perilakunya, suka melakukan teror, egois, tamak, angkuh dan lain-lain.
Ahli ibadah adalah orang yang selalu menampakkan kesejukan dan sayangnya kepada alam bagaikan sungai yang tak pernah berhenti mengalir, bukan seperti bunga yang mati kala musim berganti.
Allahu Akbar 3X walillahilhamd
Aidin dan Aidat, muslimin dan muslimat rahimakumullah
Kurikulum yang kedua Madrasah Ramadhan adalah Magfirah (ampunan). Dengan puasa yang kita lakukan semoga Allah membakar semua dosa yang pernah kita lakukan, sebagai namanya Ramadhan “liannahu yarmudhu zunub” (menghanguskan dosa-dosa). Merugilah orang yang melewati Ramdhan tapi dosanya masih tersisa dan belum terampuni.
Salah satu bentuk kasih Allah, Dia menyediakan pintu tobat untuk kita. Adam berdosa kepada Allah karena mengerjakan larangan, sementara Iblis berdosa karena meninggalkan perintah Allah. Tapi Adam mulia karena tobat, sementara Iblis hina karena angkuh.
Dosa yang dilakukan manusia tidak hanya merugikan pelakunya tapi juga mengorbankan orang lain dan tatanan masyarakat.
Suatu saat ketika Nabi Musa as mampir di suatu desa yang kering kerontang karena tak pernah turun hujan, nyaris penduduknya mati kelaparan dan kehausan, lalu mereka meminta kepada Nabi Musa untuk memohon hujan kepada Allah (shalat istisqa). Walhasil, Nabi Musa dan sekumpulan jamaah melakukan shalat istisqa, namun ternyata hujan pun tak kunjung turun. Musa bertanya-tanya dalam hati, kenapa Allah tidak mengabulkan doanya? Lalu Allah menjawab di antara kalian ada yang durhaka padaKu selama 40 tahun, dan Saya tidak akan turunkan hujan sampai ia keluar dari jamaah salatmu. Kemudian Musa berbalik kepada jamaahnya dan berkata dengan menyeru, bahwa di antara kalian ada durhaka kepada Allah dan Allah tidak akan turunkan hujan sampai orang itu keluar dari sini. Saat-saat jamaah menanti siapa gerangan yang akan keluar, ternyata ada satu orang yang merasa dan dengan penuh penyesalan berkata dalam dirinya, ya Allah jika saya keluar dari majelis ini alangkah malunya diriku, dan jika saya tetap di tempat ini orang lain akan mati kehausan. Ya Allah tutuplah aibku dan ampuni saya, saya berjanji tidak akan mengulangi lagi. Tidak lama setelah itu, turunlah hujan yang sangat deras. Namun Musa kembali bertanya kepada Allah, ya Allah hujan telah turun dan tidak satu pun yang keluar dari kami. Allah menjawab, bahwa orang itu sudah bertaubat. Musa kembali berkata, tunjukkan padaku siapa orang itu, Allah menjawab, Aku telah tutup rapat kejahatannya, apakah saya membuka kembali setelah ia bertaubat?
Rasulullah bersabda :
ان الله لا يمل من المغفرة حتى يمل العبد من الاستغفار
Allah SWT tidak akan pernah bosan mengampuni sampai hamba bosan meminta ampun.
Dengan magfirah yang kita peroleh dari Ramdhan, maka terpancar dalam diri seseorang jiwa pemaaf, mampu menahan amarahnya dan berbuat baik terhadap sesamanya.
Marah adalah sifat yang manusiawi. Namun jika nafsu amarah yang bergejolak itu tidak dapat terkendali tentu akan merugikan diri sendiri. Maka Rasulullah Saw menyatakan : “orang yang kuat bukanlah orang yang kuat bergulat tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika marah”.
Karena itu, jika kita mencapai titik kemarahan yang memuncak, Rasulullah Saw menganjurkan agar cepat-cepat mengambil air wudhu. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya sifat marah itu dari syaitan dan syaitan itu diciptakan dari api, dan api hanya dapat dipadamkan dengan air, maka jika seseorang marah hendaklah segera berwudhu”. (HR. Ahmad dari Urwah Bin Muhammad).
Imam Baihaqi mengetengahkan sebuah riwayat bahwa ada seorang hamba sahaya wanita milik Ali Bin Husen ra. Ketika hamba sahaya mengucurkan air wudhu padanya tiba-tiba kendi airnya terlepas dan melukai Ali. Alangkah marahnya dia dan hendak memukul sahaya. Namun sahaya tadi berkata: sungguh Allah berfirman, “ialah orang yang menahan amarahnya” sadarlah Ali dan berkata : aku telah menahan amarahku. Sang sahaya berkata: dan orang-orang yang suka memaafkan orang lain”. Beliau menyahut Allah telah memaafkanmu. Sahaya itu berkata lagi “ sesunggunya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”. Ali pun menjawab :pergilah engkau, mulai sekarang aku memerdekakanmu karena Allah”.
Suatu ketika, Rasullah SAW berkumpul dengan sejumlah sahabat dan bersabda: “Maukah kalian saya beritahukan tentang sesuatu yang denganya Allah memuliakan (manusia) dan mengangkat derajatnya?” Serempak mereka menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah.’ Lalu Rasulullah melanjutkan, “Kalian bersabar terhadap orang yang tidak mengenalmu. Kalian memaafkan orang yang pernah menganiayamu. Kalian memberi (sesuatu) kepada orang yang tak pernah memberimu. Dan kalian menyambung kembali tali silaturrahmi orang yang telah memutuskannya denganmu”. (HR.Tabrani).
Jamaah ied Rahimakumullah
Kurikulum ketiga Ramadhan adalah ‘itqun minannar (kebebesan dari api neraka). Setelah kita memperoleh rahmat dan ampunan Allah, tentu peluang yang sangat besar untuk kita adalah terbebas dari api neraka.
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang membolehkan kita beribadah karena takut kepada neraka atau mengharap syurga. Karena itu, ada ungkapan Abu Nuwas dalam doanya yang terkesan mengharap: Ya Tuhan, saya tidak pantas masuk syurga, saya pun tidak mampu tahan siksa neraka, maka karuniai saya taubat dan ampuni dosa-dosa saya, karena tidak ada yang dapat mengampuninya kecuali Engkau.
Namun juga ada ungkapan Sufi perempuan Rabiatul Adawiyah yang sangat hebat:
Ya Tuhan, jika saya beribadah karena takut nerakaMu masukkan saya neraka, saya beribadah karena saya cinta dan ridhaMu.
Sebagai wujud bahwa kita senantiasa mengharap kebebasan dari Allah SWT, kita pun dalam doa setelah tarwih tidak lupa mendoakan nenek moyang, keturunan dan saudara-saudara kita agar terbebas dari berbagai belenggu. Kita selalu memanjatkan doa
اللهم اعتق رقابنا ورقاب أبائنا وأمهاتنا وأولادنا واخواننا من النار أجمعين
Kita minta untuk saudara-saudara kita pelepasan dari berbagai belenggu baik belenggu kufur, kebodohan, penderitaan, kemiskinan dan lain-lain yang mengancam nilai-nilai kemanusiaan dan aqidah. Sehingga orang yang sukses dalam Ramadhan adalah orang yang tidak egois, tapi orang yang senantiasa memikirkan orang lain, yang selalu siap memanfaatkan dirinya untuk kepentingan orang banyak. Orang yang suka membantu melepaskan beban dan menghilangkan kesusahan orang lain.
Allahu akbar 3X, laa ilaha illallahu akabar. Allahu akbar wa Lillah ilhamd
Hadirin dan hadirat jamaah Ied yang berbahagia.
Hari-hari melatih diri telah selesai. Tiba saatnya kepada praktik sehari-hari. Mampukah kita mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi kita yang telah kita raih di Ramadhan? Atau justru kita menjadi pecundang, orang yang kalah, kembali kepada kebiasaan buruk? Jawabannya kita lihat mulai sebentar dan seterusnya.
Kebiasaan berjamaah, tadarrus, menahan hawa nafsu, kebiasaan memberi dan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya terkadang hanya menjadi asesoris Ramadhan, sehingga kebiasaan-kebiasaan itu hilang dengan perginya bulan Ramadhan.
Syaikh Al-Qardhawy pernah berkata, barangsiapa yang menyembah bulan Ramadhan, sesungguhnya bulan Ramadhan itu telah pergi dan berlalu. Siapa yang menyembah Allah, Allah tidak pernah mati dan senantiasa hidup.
Di antara orang salaf ada yang berkata: “Seburuk-buruk orang ialah yang tidak mengenal Allah kecuali hanya pada bulan Ramadhan. Maka jadikanlah diri kita seorang Rabbani, dan jangan menjadi Ramadhani.”
Betapa besarnya umat Islam jika setiap salat yang hadir seperti jumlah orang yang berlebaran. Betapa besarnya umat Islam, jika ada musibah saudaranya, mereka bersatu padu untuk menolong yang butuh. Betapa besarnya umat Islam jika diberi amanat, ia jalankan amanat dengan sebaik-baiknya. Betapa besarnya umat Islam jika mereka mengamalkan agamanya dengan benar. Karena itu umat Islam besar jika orang-orangnya saleh secara spiritual dan saleh secara sosial.
Mudah-mudahan Ramadhan ini membekas di hati kita dan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan ini menjadi kegiatan yang istikamah kita lakukan. Dalam ungkapan bijak:
ليس العيد لمن لبس الجديد ولكن العيد لمن طاعته تزيد
Bukanlah hari raya ditandai dengan pakaian dan perabot rumah yang baru, tapi berhari raya adalah orang yang bertambah kesalehannya.
Karena itu, untuk mengetahui apakah puasa dan ibadah kita diterima, kita bisa lihat dan ukur diri kita sendiri. Jika pengamalan ibadah dan kepedulian sosialnya lebih baik dari sebelumnya, pertanda bahwa puasa dan ibadahnya diterima. Namun jika kesalehan spiritual dan kesalehan sosialnya semakin menurun maka puasanya tidak berbekas dan berpengaruh dalam dirinya.
Semoga puasa yang kita lakukan tidak seperti yang dilansir dalam Hadis Nabi bahwa: betapa banyak yang berpuasa tapi hanya memperoleh lapar dan dahaga. Tentu yang kita harapkan adalah puasa yang disebut dalam Hadis bahwa “Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makanan dan syahwat, maka berilah aku syafaat karenanya.’……,”.
Akhirnya, saya ucapkan selamat kepada wisudawan Ramadhan semoga mencapai gelar muttaqin. Gelar taqwa seperti yang disebut Rasulullah saw:
لاَ يَبْلُغُ الْعَبدُ أنْ يَكُونَ منَ المُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لاَ بَأسَ بِهِ، حَذَراً مِمَّا بِهِ بَأسٌ) رواه الترمذي
“Tidaklah seseorang mencapai derajat takwa, sehingga ia mampu meniggalkan sesuatu yang tidak apa-apa karena takut terjerumus kepada sesuatu yang berhaya.” (Hr. Tirmidzi). (red/mr)