MR-MEDAN, SUMUT | Kasus kekerasan, diskriminasi, stigmatisasi, hingga perdagangan orang masih mengancam perempuan Indonesia, khususnya mereka yang berprofesi di bidang kelautan dan Pentingnya kesadaran tentang bahayanya Pelecahan,Kekerasan dan Kerentanan HIV/AIDS ( Human Immunodecficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome ) yang masih banyak terdapat stigma atau diskriminalisasi terhadap perempuan yang mengidap penyakit tersebut.
Menyikapi hal hal yang terkait pekerja perempuan khususnya para pelaut perempuan maka International Labour Organisation ( ILO ) menggelar Workshop yang bekerjasama dengan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia ( K.SPSI ) , Kesatuan Pelaut Indonesia ( KPI ) , Ikatan Perempuan Positif Indonesia ( IPPI ) yang mengundang SMK Samudra Indonesia guna memaparkan beberapa hal penting baik dalam dunia pendidikan maupun dunia kerja terhadap pelecehan pelecahan yang kerap terjadi serta tindak kekerasan dan hingga mengidapnya penyakit HIV/AIDS akibat pergaulan bebas bagi para remaja.
Ketua DPD KSPSI AGN Sumut Tengku Muhammad Yusuf,angkat bicara betapa pentingnya berserikat dalam bekerja guna mencegah hal hal pelanggaran yang kerap terjadi bagi para pekerja,terkait pelecehan,kekerasan dan rentannya HIV/Aids pada perempuan pelaut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dalam Mempromosikan Hak serikat Pekerja atas Tindak Pelecehan .kekerasan dan kerentanan HIV bagi Pelaut Indonesia terkhusus Pelaut Perempuan, maka KSPSI melalui salah satu Federasi kita yaitu Kesatuan Pelaut indonesia akan menjadi Garda Terdepan dalam Penyeimbang , pengawasan untuk Mengintegrasikan terhadap pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan industry Maritim¸ KSPSI AGN Sumatera Utara akan memberikan Penanganan Serius, dalam hal menerima Pengaduan Penegakan Hukum memberikan layanan bantuan hukum.Pemulangan dan Reintegrasi Sosial. Kita akan meminta komitmen berbagai Pihak agar dapat di tuang kan dalam aktivitas Tripartit siapa aja tripartit itu pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja” Jelas Yusuf Ketua DPD KSPSI AGN Sumut
Selanjutnya Early Dewi Nuriana, ILO Project Officer-HIV/AIDS, Menjelaskan Organisasi itu telah memiliki Konvensi ILO 190 dan Rekomendasi ILO 260 tentang kekerasan dan pelecehan di dunia kerja. Standar internasional ini menjadi dasar promosi anti kekerasan dan pelecehan di dunia kerja. Secara prinsip-prinsip dasarnya, dia mengadopsi pendekatan inklusif, terintegrasi, yang responsif gender. Melindungi semua sektor, formal maupun informal, baik di kota maupun juga di desa, karena kita tidak lagi melihat pekerjaan hanya formal dan ada di kota.
“Organisasi ini juga memiliki Rekomendasi ILO 200 tentang HIV AIDS di dunia kerja. Upaya pencegahan menjadi perhatian utama, dengan konsentrasi program pada sektor yang beresiko seperti perusahaan dengan mayoritas pekerja perempuan maupun perempuan pelaut. ILO mendorong kebijakan nondiskriminasi, kerahasiaan status dan akses layanan kesehatan bagi pekerja dengan HIV/AIDS. Selain itu, diupayakan juga kelanjutan hak kerja dan dukungan yang memadai bagi mereka. ILO juga menilai, kekerasan berbasis gender dapat meningkatkan kerentanan HIV”, Ucap Early
Dyah Retno Sudarto selaku National Officer Pencegahan & Penanganan Kekerasan di Dunia Kerja, menjelaskan pentingnya budaya kerja yang berbasis saling menghormati dan menjunjung martabat manusia untuk mencegah kekerasan dan pelecehan, bahwa kekerasan dan pelecehan juga memengaruhi kualitas layanan publik dan swasta, dan dapat mencegah orang, khususnya perempuan, mengakses, dan tetap berada dan berkembang maju di pasar tenaga kerja.
“Bahwa kekerasan dan pelecehan berbasis gender secara tidak proporsional memengaruhi perempuan dan anak perempuan, dan mengakui bahwa pendekatan yang inklusif, terpadu dan responsif gender, yang menangani penyebab dan faktor risiko dasar, termasuk faktor-faktor seperti stereotip gender, berbagai bentuk diskriminasi dan beragam jenis diskriminasi, serta relasi kuasa berbasis gender yang tidak setara, sangat penting untuk mengakhiri kekerasan dan pelecehan di dunia kerja” Jelas Dyah
Sementara Chatarina Gea selaku Ketua IPPI Sumut mengatakan Peran Ikatan Perempuan Positif Indonesia,melakukan penanganan penanganan kekerasan yang terjadi dengan mengumpulkan bukti bukti dan mengawali kasus ke jalur hukum hingga tuntas,tentunya dengan persetujuan dari pihak korban dan juga IPPI memberikan solusi untuk mengatasi pernasalahan terjadi seperti kasus pengidap penyakit HIV.
Dr Maya Trisiswati menyikapi kasus HIV/Aids yang terjadi dikalangan masyarakat ataupun lingkungan kerja,sekolah terhadap penyakit tersebut tidaklah begitu berbahaya dan tidak perlu adanya Stigma atau Dikrimalisasi yang menyudutkan para pengidap penyakit tersebut,karena penyakit ini tidak akan menular bila berada di dekatnya,penyakit ini akan tertular dengan berhubungan sex bebas.
Ditambahkan Dr Maya ” HIV/Aids ini akan punah bila kita meminum obatnya yakni
Antiretroviral (ARV) merupakan bagian dari pengobatan HIV dan AIDS untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi,menjadi Fit to work
Dalam kegiatan Workhsop Peningkatan Kesadaran Tentang Pelecehan Kekerasan dan Kerentanan HIV/AIDS di Dinua kerja bagi pelaut Indonesia, nantinya Seluruh Peserta akan melakukan Kampanye Aksi yang di pandu oleh Perwakilan KSPSI Pusat sekaligus Ketua Umum FSP PPMI Pusat Fredy Sembiring, mengatakan seluruh peserta nantinya akan diberikan tugas untuk melakukan kampanye aksi di Sosial media.
“ Setelah Workshop ini selesai seluruh Peserta akan kita berikan Tugas untuk Kampanye Aksi di masing – masing Sosial media, Facebook, Instagram, Yotube, Tik Tok, dan lainnya, sehingga nantinya akan banyak warga indonesia yang akan melihat kampanye aksi tersebut, dan terkampanyekan la stop kekerasan seksual bagi perempuan pelaut Indonesia” Jelas Fredy. (af_lase@mr)